Some may say I’m not good enough
To be someone who stands up in the crowd Some may say I’ll never could Get your attention while I’m trying to get your heart But these you don’t realize Some may say I’m not good An ordinary boy that has nothing to be proud of When everybody says that i should Be someone else in order to be their part I guess I’ll stay with my part I’m just trying to be my self I will face the world Try to be my self… And maybe someday, when my star will shine Then I’ll show the world, what I have inside Then I’ll be someone who you would admire By just being my self I will face the world Try to be my self… Ballads Of The Cliche – About A Boy
1 Comment
Ini bukan pertama kalinya menginjakan kaki di negeri asal usul (Cina) :D Pertama kali ke Cina, backpackeran berduaan aja dengan nyokap ke Hongkong (udah lama pengen cerita detil tentang backpackeran Hongkong ini.. tapi blm aja :)) semoga dalam waktu dekat ada waktu untuk nulis detil...) Nah kedua kali ini tak disangka-sangka ternyata bukan untuk liburan tapi untuk keperluan kerjaan, yaitu ke Guangzhou. Di samping tujuan utama datang ke sebuah tempat yang baru, selalu ada 2 hal yang wajib saya lakukan (melebihi berkunjung ke tempat wisata :D) yaitu kulineran dan lari pagi :D :D Sejak punya bisnis di bidang makanan, tujuan saya kulineran selain yang emang enak dan khas daerah tersebut, tentu yang ruameee dan sedang hype di kalangan anak muda. Supaya bisa mempelajari berbagai insight berbeda, di berbagai belahan dunia. Berikut beberapa spot kulineran yang saya coba, ada beberapa yang saya ga recall namanya (missing font), tapi semoga petunjuk nya cukup jelas untuk bisa menjadi rekomendasi :)) Enjoy! 1. Tiger Topoki (3/5) http://4sq.com/1s9m33y Tempat ini berada di sebuah bangunan seperti mall, tapi katanya sih bukan mall, tapi merupakan support building karena dekat dengan Guangzhou Opera House. Dan memang sebagian besar orang yang ke area ini adalah untuk melihat Guangzhou Opera House atau berfoto dengan Canton Tower.
Makanan di Tiger Topoki sendiri, seperti bisa ditebak tentu makanan Korea, dan tentunya Topoki! Sebelumnya saya pernah makan Topoki (sekali-sekalinya), saat kumpul bareng teman2 sekolah yang pulang dari sekolah di Cina; dan mereka sukaaaaa bangettttt dengan Topoki. Jadilah waktu itu kami masak-masak sendiri di rumah, masak masakan Topoki ini. Topoki sendiri seperti disebut dengan rice cake, di masak dalam kuah merah yang spicy dengan berbagai macam campuran. Yang menarik dari cara makan Topoki ini adalah kita memasak sendiri dengan pot dan kompor di atas meja. Ga seperti Topoki yang dulu saya dan teman-teman masak sendiri di rumah, yang ini jauh lebih enak!!!!! Saya yang ga terlalu suka, lumayan makan dalam porsi besar! Plus ada menu-menu lainnya juga seperti mie telor, nah ini pasti suka sih soalnya mirip Indomie, haha!
Tahun kedua lebih parah lagi, daftar sih tetep, tapi di hari H memutuskan untuk ga dateng karena males bangun pagi wkwkw... Sampailah di tahun ketiga Fun Run Pacarun ini, yang baru berlangsung kemarin 20 Maret 2016. Kali ini gw hadir totally sebagai orang yang berbeda haha.. karena event ini cukup ditunggu2 mengingat selama 2 bulan terakhir rajin lari 5k seminggu 2-3 kali, jadi ga ada lagi takut buat ga bisa nyelesain tracknya. Malahan di beberapa minggu sebelumnya udah tes rute.. jadi Pacarun kali ini totally saya nikmati senikmat-nikmatnya and not bad dengan hasil 20 besar. Ngomongin soal lari, believe it or not, dari yang ga pernah kepikir bakal cinta sama olahraga ini, sekarang malah jadi orang yang cukup maniac. Karena hal yang ga saya duga-duga, ternyata Running changed how I think, how I behave, how I feel... In a short summary "Running changed my life". Nga bisa dijelaskan dengan logika juga, tapi dari beberapa artikel yang saya baca, olahraga bisa menghasilkan hormon endorfin, yaitu hormon yang bisa menjadi penghilang rasa sakit di tubuh kita atau memblokir rasa sakit. Olahraga juga bisa memproduksi hormon serotonin dan dopamin atau yang disebut dengan hormon kebahagiaan dan kesenangan. Jadi memang ga harus lari, tapi berolahraga juga akan meningkatkan hormon-hormon tersebut. Tapi however lari punya tempat yang spesial, at least buat diri saya pribadi. Saya juga pernah baca kalau lari itu seperti meditasi (saya ingin bisa meditasi, tapi belum punya kemampuan kalo untuk meditasi diam; jadi sambil lari aja ya..) menjaga ritme napas, pikiran, to stay focus.
Bagi yang pengen bisa mulai lari, ada beberapa tips : So... pacarun 2017? Targetnya ikut yang 10k #crossfingers# wish me luck!
Karya penulis favorit saya ini memang tidak pernah mengecewakan. Menyelesaikan sebuah buku sama seperti menyelesaikan sebuah film, perasaan yang ditinggalkan saat menjumpai kata TAMAT atau THE END adalah momen penentu, kesan apa yang kita rasakan terhadap karya tersebut, penilaian bagus atau jelek, PARAHHHHH bagusnya atau jeleknya, semua muncul pada di kalimat terakhir, scene terakhir. Di pinggir jalan sudut kota Yogyakarta, di bawah temaram lampu jalan, saya menyelesaikan karya akbar Dewi Lestari ini, Inteligensi Embun Pagi (IEP), dengan makian yang ga berhenti2 "anj***, f*ck, parahhhh..., ga masuk akal...(ada orang yang bisa nulis kayak gini)" makian setelah selesai menyaksikan karya fantastis yang meninggalkan luapan perasaan yang bikin geleng-geleng cukup lama.
Membaca Supernova dari 15 tahun terakhir seperti sebuah metamorfosa. 15 tahun yang lalu-saya, dan saya saya yang sekarang-seperti tidak pernah membayangkan perubahan bisa sedemikian jauhnya. Hal-hal yang terjadi dalam 15 tahun-bukan waktu yang singkat-bisa sedemikian banyaknya. Karya yang konsisten dalam waktu 15 tahun tentu bukan karya main-main, bukan karya tanpa maksud dan tujuan. Kalau ini adalah sebuah konser, standing applause adalah sesuatu yang sangat layak untuk Dee.
Perjalanan menyelesaikan buku IEP ini saya dapatkan dari inspirasi seorang pembaca lain di social media, ia mengatakan bahwa perlu waktu khusus untuk membaca "kitab" ini. Momen-momen sakral (baca : nikmat) saya lewatkan dalam berbagai scene (karena waktu saya udah nga seperti 15 tahun lalu yang bisa begadang ngabisin buku setebal 700 halaman), di berbagai kota, dalam berbagai suasana: Bandung, Cirebon, Semarang, Yogyakarta; pagi, senja, malam, ketemu pagi lagi; dari ritual sakral di kamar mandi pagi hari; ritual kopi Gayo Aceh pagi hari; hingga senja di sudut kota Yogyakarta. Bukan hanya sebuah buku, tapi momen-momen yang akan saya ingat sepanjang hidup, betapa patut bersyukurnya saya atas hidup yang boleh saya nikmati ini (yang tentu tidak akan bertahan selamanya)- one of the most significant thing about Supernova adalah sekelibat kita akan memikirkan tentang "hidup", tentang kematian-.
Di sela-sela itu semua, saya menyempatkan diri belajar ulang dengan mengikuti berbagai kursus dan mempelajari bermacam referensi teknik menulis, termasuk berbagi pengalaman dan teknik menulis saya sendiri melalui rangkaian workshop ke berbagai kota. Betapa itu semua menyadarkan saya bahwa penguasaan seni menulis, sebagaimana hakikat seni pada umumnya, membutuhkan kerja keras dan pembelajaran seumur hidup. Bukan sekedar modal hasrat dan angan-angan. Seperti juga sebuah kebetulan-yang tidak pernah betul2 sebuah kebetulan-; saat saya membeli buku IEP, tangan saya seperti tidak mau terlepas dari buku belajar menulis berjudul "Menulis dan Berpikir Kreatif - cara spiritualisme kritis" karya Ayu Utami. Tidak pernah sebelumnya sedikitpun saya berpikir bahwa kemampuan menulis perlu dipelajari, perlu diasah. Semoga tahun ini ada sedikit jalur yang saya buka untuk sebagian jiwa saya yang terus memanggil, untuk berkata-kata dalam tulisan, untuk berbincang-bincang dalam kata. Tidak pernah ada namanya kebetulan, begitu juga saat Dee menyelesaikan karya besarnya, saat kalian membacanya, saat kalian membaca tulisan ini. Semua ada tujuannya, semua ada perannya, dalam hidupmu. Memilih film untuk ditonton sendiri, terkadang agak kompleks. Bagi saya pribadi, prioritasnya adalah perasaan yang muncul setelah nonton film tersebut, karena kalo salah nonton film aja bisa jadi betee total! Seperti yang hari ini saya alami, saat ada kesempatan nonton sendirian, bingung juga milih film. Pengennya nonton Talak 3 karena film komedi romantis sepertinya (film komedi adalah genre yang paling direkomendasikan untuk ditonton sendirian, karena bisa bikin suasana hati baik atau minimal netral!). Tapi sayangnya di bioskop yang saya datangi, udah nga ada Talak 3 ini. Akhirnya jatuh ke film yang saya juga sebetulnya ada rencana nonton film ini yaitu A Copy of My Mind.
Sampai selesai nonon film ini, keluar seperti ga ada bedanya. Semua suara yang disajikan di dalamnya adalah suara di sekitar kita. Percakapan yang ada, mindset, semuanya apa adanya, ya yang ada di sekitar kita. Never been watch movie as honest as this one. Filmnya ga munafik, walau adegan-adegannya banyak yang panjang banget -kaalau yang ga kuat bisa tidur- film ini bagus karena ga terlalu banyak "lebay" momentnya, film ini juga menarik untuk penonton yang mau bermain2 dengan opininya sendiri, ngerasa-rasain sendiri dari semua visual yang disajiin, tanpa semuanya harus gamblang disampaikan. Saking jujurnya film ini, cukup membuat saya depresi, karena ceritanya emang cukup miris. Kalo hasilnya bikin saya depresi, berarti yang bikin filmnya, yang main, semua sukses bikin film ini keren. Ada yang mengganjal, nga bisa diungkapkan, nga ada keadila yang 100%, nga bisa menghindar dari kehilangan, ya begitulah hidup yang sebetul-betulnya.
4 from out of 5 stars! Karena hidup nga kayak FTV, film drama romantis, apalagi telenovela, hidup yaa..... begitulah... |
Categories
All
Archives
May 2023
AboutNothing brings people together like good food |