Bagi yang suka mengamati soal Entrepreneurship atau psikologi pasti udah mengikuti perkembangan kasus Theranos, specially the story about the Founder, Elizabeth Holmes. Tapi tentunya kalo hanya dari baca-baca berita kita dapet sepotong-sepotong dan ga terlalu detail ya, that's why seru banget karena di Disney+ sudah ada filmnya. Tapi seperti yang kita tau ya kalo sudah dibuat film bisa jadi ga sepenuhnya 100 persen detail dan story nya sesuai aslinya, tapi at least bisa tau sebab akibat dan beberapa detail yang emang nyambung sama realitanya yang bisa disimak. Elizabeth Holmes yang adalah seorang drop out dari Stanford dan menjalankan ide besarnya untuk membuat terobosan di dunia tes darah di Amerika Serikat ini punya banyak angle yang menarik untuk dipikirin. Bukan karena semata-mata apa yang dilakukan melanggar hukum dan "kelewat batas" tapi masih banyak hal yang menarik yang bisa kita pelajari terutama dari dunia Entrepreneurship. 1. Aspiration Kalo ngeliat filmnya Dropout, keliatan banget Elizabeth Holmes ini terinspirasi, dapetin aspirasi dan cenderung ke arah fanatik sama Steve Jobs. Punya dan sering mendengar cerita sukses orang besar emang jadi modal awal untuk membangun entrepreneurship di diri kita. Ya iyalah kalo kita ga ada inspirasi gimana kita bisa ngebayangin kan... makanya cara paling gampang (at least dari yang selama ini saya jalani) adalah kalo ada orang sukses, berarti kita harus tau apa yang dia lakukan buat mencapai kesuksesan itu. Dari beberapa kondisi 'down' nya si Elizabeth Holmes ini, keliatan banget ujung2nya dia refer to her aspiration... orang-orang hebat yang selalu dia jadikan contoh story juga waktu ngeyakinin investor-investor kalo innovation never been easy, kalo change something BIG emang butuh sesuatu yang juga gede termasuk pengorbanan (we can still take it positively in our own terms and context ya :)) Perlu banget kita membangun aspirasi di sekitar kita, ga cuma dengan siapa kita sering ngobrol, ketemu, terlibat di community/organisation atau dengan menciptakan lingkungan kita sendiri seperti algoritma Youtube, Tiktok, Instagram yang kita ciptakan sendiri... kalo selama ini merasa masih banyak "sampah" nya alias yang banyak malah membuat kita "mundur", "mental hurt", ga produktif, yuk secara sadar kita ciptain algoritma sosmed kita yang lebih baik. 2. Fake it till you make it Haha pasti kalo kita definisikan "literally" dari case Theranos emang jangan ya... karena sudah kelewat batas.. kita tetep masih dibatasi dengan yang namanya hukum termasuk sosial dan budaya. So you know what I mean by 'fake it till you make it'. Belum bisa jadi leader yang sempurna? Let's try to do the best. Belum bisa public speaking dengan perfect? There's always be lessons to learned every time we try... Belum bisa jalanin strategi bisnis yang oke... selalu ada kesempatan untuk make it better and improve... Mereka yang ahli dan jago juga ga langsung tiba2 lahir bisa... there's always be day 1 and you have to fake it... cos that's the way we learn somehow... 3. Grit Gila banget sih GRIT adalah 1 kata yang ngegambarin tokoh utama yang bikin gempar dunia persilatan Silicon Valley ini. 4 thumbs up buat mental dan out of comfort zone nya yang terus nahanin kondisi yang ga ideal. It's not an easy thing to do... dan seperti studi riset yang diceritakan Angela Lee Duckworth di Ted about Passion and Grit (baca lebih detail di sini) kalo yang bisa bikin kita terus sampai ke titik yang mau kita tuju adalah GRIT atau kemampuan kita bertahan di kondisi yang ga ideal ada yang menyamakan juga dengan persistance (persistensi). Ada kencenderungan yang kuat di sini bisa jadi karena faktor didikan kita, tapi tentunya bisa dilatih sama seperti kemampuan-kemampuan dalam Entrepreneurship lainnya. Banyak yang suka ngetes kecenderungan ini dari kecil, kayak yang viral beberapa waktu lalu "candy challenge" yang sering dilakuin untuk anak-anak yang masih balita. Di sini mereka di tes seberapa mereka mau menunggu untuk sesuatu hasil yang besar (jika mereka mau menunggu sampai orang tuanya kembali mereka akan dapat permen lebih banyak). So.. seberapa tinggi tingkat GRIT kita? Atau sedikit2 udah gampang nyerah? So at least itu dia 3 hal yang bisa dipelajari dari film DROPUT yang mendapatkan inspirasi dari kisah nyata Startup Theranos yang sampai sekarang kasus hukumnya masih berlangsung. Bagi yang suka dengan dunia startup dan cerita Entrepreneurship, film ini recommend banget! Apa lagi nih menurut kalian pelajaran yang bisa diambil dari case ini? Share di comment ya...
0 Comments
Salah satu event Entrepreneurship yang sangat berkesan adalah event Entrepreneur of The Year yang diselenggarakan oleh Ernst & Young. EY sendiri memiliki banyak sekali program untuk mensupport Entrepreneurs di Indonesia, baik yang sudah berskala internasional maupun yang berskala start up.
Di tahun 2015 saya berkesempatan untuk ambil bagian di event paling keren yang pernah saya lihat ini Entrepreneur of The Year 2015 di Monte Carlo Monaco, event sekelas Golden Globe untuk dunia entrepreneurship.
Di tahun itu, saya terpilih sebagai pemenang Accelerating Entrepreneur yang berkesempatan tidak hanya hadir dalam event tahunan EY tersebut, juga untuk berpartisipasi dalam berbagai rangkaian acara. Overall rangkaian acara yang diselenggarakan di Monte Carlo, Monaco (one of the most beautiful place I've ever visited!) yang berpusat di Hotel Hermitage ini terdiri dari beberapa hari dengan berbagai rangkaian acara dan di akhiri dengan malam Gala Dinner.
Gala Dinner yang diselenggarakan di ballroom mewah ini menampilkan langit-langit bangunan yang bisa dibuka dan pemandangan fireworks show yang super stunning! Sebagai winner of Accelerating Entrepreneur, dengan 5 winners dari negara lainnya, saya diberikan berbagai program khusus, seperti mentoring dan business presentation di gedung Opera d' Monte Carlo yang terkenal.
Rangkaian acara lainnya adalah Press Conference dalam topik Women Empowerment di dunia entrepreneurship, CNBC Young Turks dan EY TV Interview. A whole cool experience and global exposure. Program Accelerating Entrepreneur ini juga berlangsung setiap tahun. Selain dari channel Endeavor kalian bisa juga apply sendiri dengan kepo-in event2 EY baik Indonesia maupun global.
Can't believe sekarang baru sempet nulis tenang pengalaman luar biasa yang saya dapatkan dari menjalani proses menjadi Endeavor Entrepreneur :)) BIG SORRY for that ;D But last but not least, I have to tell how crazy the journey was and make truly impact! Hunt down by Endeavor Saking ga gaulnya saya, waktu pertama kali Endeavor kontak, saya ga tau tentang apa itu Endeavor, diajak meet-up oleh salah satu team Endeavor Indonesia, kemudian dijelaskan tentang organisasi nirlaba asal US yang sudah cukup lama eksis di Indonesia, yang saat dijelaskan tentang konsepnya saya cukup nyaris terpesona dan berkomentar COOOOOLLLLLLL!!!!!! YUP as cool as it is... bagi entrepreneur yang serius ngembangin bisnis nya dan ditawarin untuk masuk dalam Endeavor Community, it was like one of the greatest opportunity you've ever met. Endeavor Entrepreneur Goal dalam proses awal di Endeavor adalah untuk menjadi seorang Endeavor Entrepreneur, bahasa mudah dipahami nya adalah begitu kita lolos menjadi seorang Endeavor Entrepreneur, kita diperbolehkan untuk ikut serta dalam membership worldwide mereka, di mana di dalamnya terdapat berbagai benefit yang bisa kita manfaatkan; seperti minta ditemuin dengan berbagai entrepreneur kelas dunia yang jadi jaringan Endeavor kapan aja (how cool is that!), ikutan berbagai program keren yang sulit ditemukan di manapun (seperti ikutan kelas Harvard dan Stanford with special price)! never imagined attending classes in one of the best university in the world!, Ikutan acara rutin yang sering diselenggarakan baik networking events, sharing, workshops, seminars, etc; having access to Endeavor Network (jaringan social media berisi entrepreneurs around the world); and many more... The Process Sewaktu pertama diceritain tentang flow untuk menjadi Endeavor Entrepreneur itu sendiri, jujur aja ga terlalu kebayang... karena memang baru bisa jelas banget setelah betul2 menjalaninya. Secara singkat proses mereka terdiri dari 2 tahap: yang pertama adalah Local Selection Panel dan yang kedua adalah International Selection Panel. Pada dasarnya dalam 1 tahun, terdapat jadwal untuk LSP dan ISP. Kita hanya bisa ikut ISP jika sudah lolos LSP. Sebelum kita bisa ikut LSP, kita akan diberikan beberapa kali sesi "mentoring" dengan berbagai mentor yang dirasa akan bermanfaat dan relevan untuk bisnis kita. Selama proses ini, tim Endeavor akan rajin ngontak kita :D :D (dan kalian akan berasa dari minggu ke minggu koq cepet banget ya karena tim Endeavor ini luar biasa rajin kalo soal follow up :D :D) dan memastikan kita selalu mengerjakan "PR" dan dapetin maksimal manfaat dari setiap sesi mentoring yang kita ikuti.
Setelah melalui serangkaian mentoring session dan dari tim Endeavor menilai kesiapan kita untuk mengikuti LSP, maka kita akan diconduct untuk mengikuti LSP. Karena judulnya adalah 'L' yaitu Local, LSP sendiri diadakan di Jakarta. LSP sendiri merupakan event 1 hari di mana kita akan mengalami 3 ruang panel. Di setiap ruang panel, kita akan mempresentasikan tentang bisnis kita dan akan ada panelis yang akan bertanya dan memberi masukan untuk bisnis kita. Dari serangkaian sesi panelis itulah, Endeavor dan para panelis menilai apakah kita bisa mengikuti proses lebih lanjut yaitu persiapan dan ISP itu sendiri. Dalam LSP kita bisa lolos ataupun tidak. Jika tidak, kita akan mengikuti berbagai rangkaian sesi mentoring lagi untuk melengkapi kembali berbagai hal yang masih perlu diperbaiki dari bisnis kita (ataupun berbagai komponen yang menjadi masukan dari para panelis/mentor). Jika kita lolos LSP, maka next milestone yang perlu dipersiapkan adalah ISP. Sama percis seperti tahap sebelum LSP, dalam ISP kita akan menjalani serangkaian sesi mentoring namun kali berskala internasional (people that you will never imagined before ;)) will spend their time to give you inputs and discuss ideas for your business! Super amazing!). Sama seperti saat LSP, saat beberapa sesi kita ikuti dan Endeavor Team menilai kita sudah siap untuk ikut ISP, maka kita akan dijadwalkan untuk ikut serta dalam ISP berikutnya (dan lokasi serta posibilities network yang dirasa paling sesuai; contoh jika bisnis kita dalam bidang tech, maka jadwal ISP di San Francisco dinilai cocok karena yang akan hadir mostly from tech industries; contohnya seperit itu. Saya sendiri menjalani proses menjadi Endeavor Entrepreneur ini bareng dengan 2 partner bisnis saya (FYI dalam 1 company boleh saja ada lebih dari 1 EE; dan konsep EE sendiri melekat pada individu (bukan company)). Keunggulan menjalani proses ini ga sendirian adalah tentu bisa "bagi tugas" dan bisa diskusi saat sebelum atau setelah sesi mentoring ataupun selection panel. Setelah lolos LSP, ISP yang direkomendasikan untuk kami ikuti adalah yang diadakan di Kuala Lumpur, kira-kira jarak dari LSP ke ISP sekitar 3-4 bulan. Jadi persiapan maupun sesi mentoring pra-ISP kami lakukan dalam periode tersebut. O ya, secara total jika kita cukup rajin untuk sesi mentoring, beresin PR PR yang perlu, dll; proses dari submit pertama program ini sampai selesai ISP mungkin bisa berperiode sekitar 6 - 12 bulan. International Selection Panel ISP sendiri adalah milestone yang paling berkesan. Tentu saja, karena di event ini seluruh proses dilakukan dalam bahasa Inggris, full of preasure (karena selain seluruh panelis berasal dari berbagai belahan dunia, seluruh pesertanya juga berasal dari berbagai negara). Baik acara ISP ataupun acara Endeavor lainnya, ini adalah ajang untuk berlatih networking berskala internasional :)) Air Asia merupakan salah satu perusahaan yang saya cukup nge fans. Beberapa waktu lalu melalui Endeavor Program, saya berkesempatan untuk mengunjungi head quarter mereka di Kuala Lumpur yang super coooooolllll!!!! One of the most inspiring office I've ever visited. Cerita pertumbuhan bisnis mereka dan visi yang kuat dari sang founder sangat inspiratif untuk dijadikan referensi success story yang bermodalkan tekad dan kerja keras yang luar biasa. Sejak adanya low cost carrier tentu membawa perubahan yang sangat signifikan di dalam kehidupan banyak orang, kemana-mana jadi terjangkau. Di penerbangan Air Asia (saya blm pernah coba yang jarak jauh banget, terjauhnya adalah Hongkong), biasanya makanan ga include dalam pembelian tiket pesawat, that's the concept of low cost carrier basically. Tapi di Air Asia sendiri harga makanan ga yang ga logis banget mahalnya, alias masih tolerable. Beberapa menu yang jadi andalan setiap saya naik Air Asia untuk menghibur diri dan naikin mood antara lain coklat hangat mereka yang enak! Berbagai varian teh (dan sekarang ada kopi juga!) dan makanan2 yang style nya lebih ke peranakan seperti andalan mereka Pak Nasser's Nasi Lemak. Merchandise mereka juga menarik untuk dibeli, biasa agenda untuk ngehabisin sisa mata uang lain bisa dibeliin merchandise ;)) Sebuah previlage saat International Selection Panel Endeavor beberapa waktu lalu, kami bisa berkunjung ke head office mereka yang keren dan super inspiring! Huge hall, cool designs, open space, gym! Bikin mupen ;)) One of the most life-changing moments in my Entrepreneurial Story was when I've been elected as Accelerating Entrepreneur in EY's yearly event EY Entrepreneur of The Year in Monaco in 2015. "Konsep" bahwa dengan menjadi Entrepreneur mampu membuat cita-cita keliling dunia jadi kenyataan, betul adanya. Event pertama yang saya hadiri dan totally free (all the expenses are handled by EY as the organizer) adalah event paling bergengsi di seantero Entrepreneurship World di dunia... amazingly it is! Di event ini sendiri banyak beredar orang2 terkenal, terutama yang story nya bikin saya tercengang karena kehebatan mereka dalam membangun bisnis. I mean like the energy they create is unbelievable, one of the most prestigious and amazing entrepreneurship event I've ever visited. Bagi kalian yang punya bisnis dan pengen ikutan, bisa pantau2 timeline dan kegiatannya EY Indonesia atau worldwide, karena salah satu program mereka adalah support business ecosystem dan entrepreneurship di negara2 di mana mereka ada representatifnya, termasuk Indonesia!
Sebagai milenial generasi awal (untungnya masih masuk yang disebut dengan milenial nih :D) becoming entrepreneur adalah sesuatu yang perlu didapatkan dengan usaha yang signifikan. I darely mention that, karena sewaktu saya masih kuliah, dunia nga seperti sekarang di mana business incubator dimana-mana, VC & investors come to you, internet easily access everywhere! Jaman saya kuliah dulu adalah jaman warnet, Yahoo Messenger dan multinational company professionals minded, if you know what I mean.
Either way, from my story, I've never been initially wants to be an entrepreneur, tapi karena kenyataan mendorong gw untuk melakukan hal itu (alias BU = Butuh Uang) so I gotta do it. Unfortunately being an entrepreneur is the most amazing thing I've ever done and probably one of the most amazing thing a person can be! Selain tentu saja karena menjadi pengusaha kita bisa menciptakan impact yang besar dan luas, be an entrepreneur brings me from this side of the world to anywhere across the globe.
|
Categories
All
Archives
May 2023
AboutNothing brings people together like good food |